BANTU DIRI KITA DENGAN MEMBANTU MEREKA YANG DILANDA BENCANA KEKERINGAN

Air ialah salah satu sumber kehidupan. Namun masih banyak masyarakat yang belum mampu mengakses air bersih. Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, akses air minum secara nasional tercatat 68% dari total penduduk, dan akses sanitasi layak 60,91%. Masih banyak masyarakat di indonesia yang memanfaatkan air sungai untuk cuci dan mandi. Kondisi ini menjadi tambah parah saat kemarau, satu dari sepuluh rumah tangga mengalami kekurangan persediaan air bersih (unicef, 2012). Pada beberapa daerah, masyarakat menggunakan air sungai untuk memasak dan minum.
Saat ini kekeringan telah melanda 16 provinsi meliputi 102 Kabupaten/Kota dan 721 kecamatan di Indonesia hingga akhir Juli 2015. 111 ribu hektar lahan pertanian juga mengalami kekeringan. Diperkirakan kekeringan akan meluas (BPNB, 2015).
Jelas, bencana kekeringan ini berdampak besar pada kondisi ekonomi dan kesehatan masyarakat. Banyak masyarakat yang harus merelakan kehilangan assetnya berupa hewan ternak untuk ditukar dengan air bersih. Bila tidak memiliki asset, masyarakat harus jalan berkilo-kilometer setiap pagi dan sore, naik turun bukit untuk mendapatkan air. Proses yang sangat melelahkan bukan? Yang lebih mengenaskan lagi, gagal panen akibat kemarau panjang di sejumlah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur memperburuk gizi buruk di kalangan anak-anak. Tercatat 1.918 anak mengalami gizi buruk selama lima bulan pertama tahun 2015, 11 di antaranya meninggal dunia, seperti terungkap dalam data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
***
Lalu bagaimana kita merespon berita-berita kekeringan?
Cukup tau saja? Mudah-mudahan tidak.
Sekedar tunjukkan rasa prihatin? Mudah-mudahan tidak sebatas itu.
Lalu apa yang bisa kita perbuat?
Dalam jangka pendek, berikan mereka akses kepada air bersih dengan mendistribusikan air atau membuat sumber air baru.
***
Dari sini sekilas mereka yang membutuhkan pertolongan kita, kita yang membantu mereka. Satu arah. Namun, sejatinya kondisi merekalah yang menolong kita. Hanya saja boleh jadi kita tidak menyadarinya. Mari kita tengok beberapa hadits berikut.
“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699).
Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Siapa saja yang suka diringankan bebannya dan dikabulkan doanya, hendaklah ia memudahkan orang yang sedang kesulitan dan mendoakannya.” (HR Muslim).
Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian” (Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).
Pernah suatu ketika kota madinah mengalami paceklik dan kesulitan air bersih. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut. Melihat kondisi ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim)
Bahkan dalam suatu riwayat, ada seorang penzina yang memberi air. Dan dengan amalanya itu ia diampuni oleh Allah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu menngelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim no. 2245). Jika dengan memberikan minum pada anjing bisa mendapatkan pengampunan dosa, maka memberi minum pada manusia tentu pula akan mendapatkan pahala yang besar.
***
Jadi, bagaimana kita merespon berita kekeringan ini?
Apakah seperti para sahabat rosulullah ketika mendengar ada kesempatan sedekah? Mereka semua mengangkat sesuatu di atas punggung-punggungnya -untuk memperoleh upah dari hasil mengangkatnya itu untuk disedekahkan. Atau menjadi yang menyesali?
“Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin.”
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh” [al-Munâfiqûn/63:10]

Bagikan:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
WhatsApp

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top