Wakaf Air Untuk Warga Desa Pengkoljagong Kec. Jati Kab. Blora

Wakaf Air untuk Warga Desa Pengkoljagong, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora

Dukuh Alasmalang, secara geografis berada di Desa Pengkoljagong, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Sudah sejak lama, warga Dukuh Alasmalang merasakan dampak kekeringan.

Surutnya sejumlah sumber air dan sumur yang telah mengering, membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih.

Ditambah lagi, daerah tersebut memang cukup terpencil dan kerap luput dari perhatian.

Akses jalan menuju desa merupakan kawasan hutan, dengan kondisi yang memprihatinkan.

Tiap musim kemarau, desa ini selalu menjadi yang pertama merasakan dampaknya. 

Warga Dukuh Alasmalang, biasanya memanfaatkan sumur gali dengan kedalaman maksimal 8 meter, sebagai kebutuhan air sehari-hari.

Air tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan seperti mencuci, mandi, minum, dan kebutuhan ternak.

Namun, ketika sumur mengering saat musim kemarau tiba, warga terpaksa harus membeli air dari mobil tangki.

Untuk memenuhi kebutuhan, seluruh warga perlu 5-6 mobil tangki. Itu pun hanya dapat bertahan selama 7-10 hari. 

Warga semakin kesulitan, karena biaya untuk membeli air cukup besar. Apalagi jika musim kemarau berlangsung lebih lama dari seharusnya.

Sebab, harga air mencapai Rp350.000 per tangki, atau Rp5.000 per liter, lantaran perjalanan ke Dukuh Alasmalang, memang cukup jauh; medannya pun sulit.

Alternatif lainnya, warga mengambil air menggunakan jeriken dari sumber mata air yang berjarak sekitar 6 km dari Dukuh Alasmalang.

Itu pun harus antre. Kadang, bahkan tidak mendapatkan air, karena banyaknya warga yang membutuhkan.

Berdasarkan hasil geolistrik, kedalaman air berada di 120-180 meter.

Akhirnya, kami memutuskan untuk melakukan pengeboran. Pada tahap awal, kami membawa 100 meter pipa, ketika dicoba pumping di kedalaman 80 meter, airnya masih sedikit.

Kami kemudian memutuskan sesuai rencana awal, yakni kedalaman 150 meter.

Masalah muncul ketika kami kesulitan mendapatkan air untuk sirkulasi mesin bor.

Pipa bor patah, karena kering dan tergencet tanah lempung, tetapi alhamdulillah, masih bisa diselamatkan.

Lalu, hingga kedalaman 120 meter, kami test pumping, alhamdulillah, banyak air didapat. Tiga jam dipompa, tidak habis.

Namun, ketika kami mengangkat pipa besi dan mau instalasi mesin, tanah dengan struktur lempung pasir, selalu longsor.

Lubang yang telah kami buat, selalu runtuh kembali; menutup lubang bor.

Berkali-kali kami berupaya, yang terjadi sama. Akhirnya, dari total 120 meter lubang, instalasi mesin hanya bisa sampai 40-an meter.

Air yang didapat masih sedikit. Struktur tanah yang mengembang ketika terkena air, membuat tanah menjadi tidak stabil; longsor terus.

Dengan tambahan dana dari pihak warga dan desa, kami coba di titik lain, dengan kedalaman 50 meter. Hasilnya masih kurang membahagiakan.

Namun, sesuai diskusi dengan pihak desa, alumni SMAN 1 Blora 2006, maka dilakukan pembuatan sumur resapan dengan tujuan meningkatkan akuifer dangkal.

Sehingga menambah kapasitas air tanah. Alhamdulillah, jazakallah khair.

 

 

Bagikan:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
WhatsApp
Scroll to Top