Bagaimana nilai filosofi wakaf produktif ditengah-tengah pengembangan harta wakaf untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat?
Dilansir dari Badan Wakaf Indonesia, wakaf produktif dapat dijadikan sebagai solusi pengembangan harta wakaf di tengah masyarakat sekaligus menghindari kerakusan dan kesewenangan pemerintah secara bersamaan.
Amalan yang dianjurkan dalam syariat Islam ini tidak hanya memenuhi kebutuhan kaum muslimin saja, tapi juga bagi masyarakat non muslim. Melalui wakaf produktif dapat membantu kegiatan masyarakat sebagai bentuk kepedulian serta untuk generasi yang akan datang.
Tiga Filosofi Dasar Wakaf Produktif
Dalam penerapannya terdapat tiga nilai filosofi dasar untuk memberdayakan wakaf secara produktif, antara lain:
- Pola Manajemen
Pola manajemen dalam pengelolaan wakaf harus berdasarkan proyek yang terintegrasi, yakni dialokasikan untuk program-program pemberdayaan dengan segala jenis buaya terangkum di dalamnya.
- Asas Kesejahteraan Nadzir
Dengan landasan bahwa wakaf produktif dapat menjadikan Nadzir sebagai profesi yang dapat memberi harapan kepada lulusan terbaik umat serta memberikan kesejahteraan, bukan hanya di akhirat saja tapi juga di dunia.
Seperti yang telah diterapkan di Turki di mana pengelolaan wakaf produktif mendapatkan alokasi sebesar 5% dari pendapatan wakaf. Begitu juga di India yang memperoleh alokasi 6%.
- Asas Transparansi dan Akuntabilitas
Pengelola wakaf harus melaporkan proses pengelolaan dana wakaf kepada umat dalam bentuk laporan keuangan untuk menjunjung asas transparansi dan akuntabilitas.
Pada dasarnya, pengelolaan wakaf secara produktif dapat ditujukan untuk memperkuat perekonomian umat melalui pemanfaatan berbagai alternatif program yang pendanaanya dari harta wakaf.
Maka dari itu, pemanfaatan wakaf bukan bukan hanya untuk sektor pembangunan tempat pendidikan maupun tempat ibadah saja, melainkan telah menyentuh pembangunan sektor usaha produktif agar benefitnya lebih besar.