Tidak dapat dipungkiri jika manusia sangat bergantung terhadap air. Namun, tidak hanya manusia yang bergantung terhadap air. Tumbuhan dan alam pun sangat membutuhkan air. Sayangnya, akses untuk mendapatkan air bersih secara merata sepanjang tahun masih menjadi masalah di banyak tempat, termasuk di Indonesia.
Sayangnya, manusia masih banyak yang menyalahgunakan sumber daya air yang ada di bumi. Di samping itu, permasalahan air bersih muncul karena buruknya kualitas air tanah dan air sungai untuk dikonsumsi sehari-hari. Kemudian, ada pula faktor cuaca, topografi wilayah, hingga kurangnya sarana prasarana yang menjadi faktor kesulitan mendapatkan air bersih. Hal inilah yang perlu diatasi untuk menghadapi permasalahan air bersih.
Di Indonesia, hampir 119 juta penduduknya belum mendapat akses untuk mendapatkan air bersih. Hanya sekitar 20 persen yang dapat mengakses air bersih, itu pun hanya di daerah perkotaan. Sedangkan hampir 80 persen terpaksa mengonsumsi air yang tidak layak.
Jika air yang tidak layak ini terus dikonsumsi manusia, secara tidak langsung tubuh akan berfungsi menjadi filter yang akan menyaring racun dan polutan yang terkonsumsi oleh tubuh. Dalam jangka pendek, konsumsi air yang tidak bersih akan menyebabkan penyakit ringan seperti diare. Namun, dalam jangka panjang, penggunaan air kotor secara terus-menerus mendatangkan dampak yang lebih parah, yakni bangkitnya epidemi penyakit.
PENYAKIT YANG DITIMBULKAN AKIBAT AIR TAK LAYAK
Menurut penelitian yang dilakukan oleh WHO, penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi air tidak layak adalah kolera, hepatitis, polymearitis, disentrin trachoma hingga penyakit cacingan.
Diare
Penyakit diare merupakan penyakit yang kerap muncul di daerah dengan permasalahan air bersih. Diare merupakan reaksi awal yang diberikan oleh tubuh karena perut berlawanan dengan bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Di Indonesia sendiri, hampir 42 persen dari jumlah penduduk terkena diare.
Diare yang disertai dengan muntah (muntaber) memiliki gejala buang air secara terus menerus, muntah dan kejang perut. Jika tidak ditangani dengan serius, diare akan memiliki efek jangka panjang, yaitu tifus hingga kanker usus.
Gondokan
Penyakit gondokan ini timbul akibat masyarakat mengonsumsi air yang memiliki banyak kandungan garam yang tinggi, seperti daerah pesisir pantai atau masyarakat yang tinggal di sekitar pelabuhan.
Gejala awal penyakit gondokan ini adalah munculnya benjolan yang tidak biasa pada leher. Ukuran benjolannya pun berbeda-beda dan sering kali tidak menimbulkan keluhan apa-apa. Namun, benjolan tersebut dapat memengaruhi pernapasan dan menyebabkan penderita sulit bernapas jika ukurannya semakin besar.
Leptospirosis
Leptospirosis ditimbulkan akibat bakteri leptospira yang dibawa oleh tikus melalui kotorannya atau pun kencingnya. Masyarakat yang tinggal dengan lingkungan tidak bersih biasanya air saluran pembuangan menyatu dengan air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang membuat kotoran tikus akan ikut larut dan akhirnya dikonsumsi masyarakat.
Gejala leptospirosis diawali dengan mata menguning demam yang tinggi, muntah-muntah hingga tidak sadarkan diri. Lebih parahnya, leptospirosis akan menimbulkan komplikasi dan mengganggu kondisi paru-paru dan ginjal.
Filariasis (kaki gajah)
Filariasis atau penyakit gajah adalah penyakit menular yang disebabkan akibat infeksi cacing filarial. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak berkembang biak di daerah kotor. Penyakit ini menyerang saluran kelenjar limfa atau kelenjar getah bening. Filariasis ini menyerang semua umur dan bisa menimbulkan kecacatan, mendapatkan stigma sosial, hingga hambatan psikologis.
Gejala awal dari penyakit filariasis ini adalah demam yang berulang-ulang dan semakin parah jika kita bekerja yang berat, timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak, hingga terjadi pembengkakan pada kaki, tangan, dan skrotum. Jika semakin akut, filariasis akan menimbulkan pembesaran pada kaki, tangan, skrotum, dan payudara. Lama-kelamaan pembengkakan tersebut akan menyebabkan kecacatan permanen.
Kolera
Kolera merupakan salah satu penyakit yang kerap ditimbulkan akibat mengonsumsi air tidak bersih. Kolera ini disebabkan oleh bakteri vibrio chlorae yang dibawa oleh feses. Biasanya air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk mencuci makanan atau untuk diminum sudah terkontaminasi oleh feses yang larut terbawa air. Gejala umum jika seseorang terkena kolera adalah diare, muntah-muntah hingga kram atau kejang perut.
Jika permasalahan air ini terus dibiarkan, efek jangka panjangnya tidak hanya akan berdampak terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup tapi juga merugikan bagi lingkungan. Beberapa efek yang ditimbulkan adalah menurunnya kadar jumlah oksigen, mematikan binatang-binatang yang ada di air, mengganggu kehidupan biota laut, mengganggu kesuburan tanah, hingga akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN AIR BERSIH
Dari penelitian ditemukan bahwa permasalahan air bersih di tanah air disebabkan oleh buruknya pengelolaan air. Sistem pengelolaan yang selama ini diterapkan tidak sesuai dengan tata ruang dan wilayah yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan berbagai pembangunan infrastruktur, kita kerap abai terhadap konservasi sumber daya air. Bahkan, instalasi pengolahan air limbah dan daur ulang tidak dianggap begitu penting.
Untuk mengatasi permasalahan air bersih, sebenarnya pemerintah sudah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah menerapkan teknologi yang terpadu dengan sistem pengelolaan berbasis ekosistem. Bersama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pemerintah konsisten melakukan penelitian dan menerapkan konsep One Island, One Plan, One Water. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan analisis air dan distribusi air bersih melalui PDAM.
Lebih jauh lagi, untuk mengatasi permasalahan air bersih, LIPI berupaya membersihkan limbah yang mencemari danau dan waduk. Hal tersebut bertujuan untuk mengembalikan fungsi asal dari danau dan waduk. Untuk mencapai tujuan tersebut, LIPI telah mengembangkan sistem lahan basah atau wetland.
Penerapan sistem ini berfungsi untuk menyerap limbah berupa nitrogen, logam berat, dan fosfor. Upaya ini sudah dilakukan di Situ Cibuntu, Cibinong, Jawa Barat dan Danau Maninjau, Sumatera Barat. Mereka menanam tanaman yang sangat efektif untuk menyerap limbah, yaitu cyperus dan bunga kana.
Tidak hanya itu, pihak LIPI juga telah memperkenalkan sistem injeksi reservoir untuk menjaga ketahanan air. Secara teknis, sistem injeksi reservoir ini berupa sumur terbuka, menara embung atau tangki air yang dihubungkan pipa ke lapisan tanah sampai akuifer.
Nah, meski telah melakukan berbagai upaya, pemerintah masih belum dapat sepenuhnya mengatasi permasalahan krisis air bersih yang kerap melanda negeri. Berbagai faktor menjadi kendala. Namun, bukan berarti masalah ini tidak dapat diatasi.
Jika Anda ingin turut berpartisipasi dalam upaya mengentaskan permasalahan air bersih ini, cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan bergabung menjadi relawan sedekah air. Untuk bergabung menjadi relawan sedekah air, Anda cukup klik link berikut ini: http://sedekahair.org/gabung/. Lalu, isi data diri Anda dalam formulir uang sudah disediakan.
Selain itu, Anda juga dapat mengunduh aplikasi sedekah air yang terdapat di Google Play. Info detail, silakan hubungi kami di nomor : 0895 8003 46968. Selamat bergabung!
*Artikel ini merupakan sumbangan dari perusahaan desain Mehibi.
Untuk kontribusi tulisan/artikel, klik tautan berikut: http://sedekahair.org/sedekah-konten/
Untuk kontribusi dalam bentuk lain, hubungi email berikut komunitassedekahair@gmail.com