Wakaf Air Pondok Pesantren Ashabul Yumna Bandung

Wakaf Sumur untuk Pondok Pesantren Ashabul Yumna, Bandung Barat

Masalah krisis air bersih sudah dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Cikalongwetan, sejak 2 tahun terakhir ini.

Tepatnya pascaproyek pembangunan terowongan kereta cepat, yang diduga berdampak pada hilangnya mata air di desa.

Beberapa kampung di kecamatan tersebut mengeluhkan sulitnya mendapatkan sumber air bersih yang lancar untuk kebutuhan sehari-hari, padahal sebelumnya selalu melimpah.

Desa-desa yang terdampak terpaksa harus meminta air dari warga lain yang memiliki sumur pribadi.

Masalah krisis air tersebut diperparah dengan sulitnya upaya pembangunan sumur bor.

Sepanjang musim kemarau, tidak mudah mencari kedalaman yang tepat untuk membuat sumur bor, karena bahkan harus mencapai kedalaman hingga 100 meter.

Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kecamatan Cikalongwetan, juga mengatakan bahwa sudah ada upaya untuk membantu warga membangun sumur bor, agar bisa menjadi sumber air bersih.

Namun, upaya ini belum optimal, mengingat untuk pembuatan satu sumur bor saja bisa menghabiskan dana hingga lebih dari Rp30 juta.

Tidak hanya dirasakan oleh warga, para santri dan pengelola Pondok Pesantren Ashabul Yumna yang berada di Kampung Tenggek RT 02, RW 08, Desa Wangunjaya, Cikalongwetan, juga mengeluhkan hal yang sama.

Ditambah lagi ponpes yang dibangun di atas tanah wakaf Yayasan Ashabul Yumna itu terletak di daerah perbukitan, sehingga sulit mendapatkan aliran air bersih. 

Pesantren ini memang baru didirikan satu tahun belakangan, dan masih dalam proses pembangunan, sehingga belum mempunyai bangunan untuk kegiatan belajar-mengajar, begitu pun asrama.

Hanya ada satu saung, digunakan untuk para santri yang datang mengaji.

Oleh karena belum adanya bangunan, maka pesantren ini pun belum mempunyai santri mukim.

Pondok Pesantren Ashabul Yumna, hingga saat ini tidak mempunyai sumber air sama sekali.

Para pengurus harus mengambil air menggunakan galon sejauh 1,2 kilometer, pulang pergi 15 kali, selama 3 jam; setiap harinya.

Air tersebut diambil dari sumur milik Koperasi Unit Desa, dengan biaya Rp100.000 yang harus dibayar setiap bulannya.

Air kemudian diisi ke toren yang ada, untuk kebutuhan santri setiap harinya.

Walaupun belum ada bangunan tetap, di area pesantren ini sering kali digunakan untuk kegiatan keagamaan. Baik dari wilayah sekitar, maupun luar wilayah.

Dengan jemaah yang banyak, masalah air tentunya menjadi hal yang sangat krusial di pesantren.

Alhamdulillah, Sedekah Air berhasil membantu pengadaan sumur bor yang dapat dimanfaatkan 70 santri, pengelola pondok pesantren, dan jemaah. 

Jazakallah khair.

Bagikan:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
WhatsApp
Scroll to Top