Lokasi Sedekah Air

Pondok Pesantren Sholawat Bumi Modal Sewu berada di Dusun Karanggebang, Desa Munungkerep, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ponpes yang lokasinya berbatasan dengan Mojokerto ini sudah memiliki 40 santri, yang 15 di antaranya, menetap di pondok.  Berdiri pada awal 2020, ponpes ini tidak hanya digunakan untuk kegiatan para santri, tetapi juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar; […]

Dampak gempa berkekuatan magnitudo 6,4 SR yang terjadi pada 2018 silam, ternyata masih dirasakan hingga sekarang; termasuk oleh masyarakat di Desa Bayan, Lombok Utara, NTB. Gempa besar tersebut tidak hanya merobohkan rumah-rumah warga, tetapi juga merusak saluran air yang membuat masyarakat mengalami krisis persediaan air bersih.  Namun, hingga saat ini, kerusakan tersebut belum teratasi, karena

Ironi memang, Indonesia sebagai negara dengan kontur alam yang basah, masih memiliki indeks kelangkaan air yang terbilang tinggi. Bahkan, tidak sedikit daerah-daerah yang mengalami krisis air bersih ketika musim kemarau tiba. Seperti yang terjadi di Desa Ridogalih, Cibarusah, Kabupaten Bekasi ini, padahal lokasinya tidak terlalu jauh dari ibu kota negara. Namun, hingga saat ini akses

Kampung Nanggela adalah perkampungan di daerah Gunungtanjung, Tasikmalaya, yang sering mengalami kekeringan dan kesulitan dalam hal pengadaan air bersih, terutama saat musim kemarau. Apabila dalam satu bulan berturut-turut tidak turun hujan, masyarakat di Kampung Nanggela, sulit mendapatkan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumber air yang biasanya digunakan oleh masyarakat, berasal dari sumur galian dengan

Masyarakat Dusun Sokawera Kulon, tidak memiliki sumber air bersih yang stabil sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berbagai upaya mereka lakukan, di antaranya dengan membuat sumur gali; baik itu sifatnya pribadi ataupun umum. Sumur-sumur galian tersebut rata-rata memiliki kedalaman 5-8 meter, tapi hanya menjadi sumur tadah hujan. Sehingga ketika musim kemarau tiba, mereka harus mencari

Dusun Ngulap Ulap merupakan dusun yang berada di area perbukitan. Lokasinya berada di posisi paling atas Desa Kedung Pomahan Wetan, sehingga menjadi daerah yang sulit sumber air; jika dibandingkan dengan dusun lainnya. Saat musim kemarau, Dusun Ngulap Ulap, sering mengalami kekeringan, padahal untuk keperluan sehari-hari, masyarakat dusun ini hanya memanfaatkan air dari sumber mata air

Air merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, khususnya di lingkungan pondok pesantren. Sebab, masih ada santri dan masyarakat Dukuh Gempol, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, yang belum mendapatkan air layak untuk dikusumsi. Kalaupun ada, mereka harus membuang banyak tenaga untuk memikul dan mengambil air sumur saring di kali yang ada, dengan jarak yang cukup jauh. Itu pun

Kampung Joglo merupakan perkampungan padat penduduk yang berada di daerah Cianjur, di mana saat ini mempunyai masalah dalam hal pengadaan air bersih; terutama saat musim kemarau. Masyarakat di kampung ini, rata-rata sudah menggunakan sumur galian dengan kedalaman 10-12 meter. Ada juga sumur yang paling dalam, yaitu 20 meter. Masalahnya, saat kemarau, kondisi sumur-sumur tersebut mengering,

Pondok Pesantren Al Barokah, berlokasi dekat dengan Sungai Cibereum yang berada di Kawunganten, Cilacap. Sungai inilah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Setiap hari, air dari sungai disedot menggunakan mesin diesel generator, kemudian dialirkan ke 4 sumur yang berada di pondok pesantren. Sumur-sumur tersebut mempunyai kedalaman kurang lebih 20 meter, tapi tidak dapat menghasilkan

Ponpes MQ An-nuur dan Masjid Al-Muhajirin, terletak di Limaratus, Kasomalang, Subang. Karena lokasinya yang berada di samping jalanan protokol, sehingga sering dilalui kendaraan lintas daerah. Masjid di pondok, sering kali digunakan untuk sholat berjamaah, baik oleh masyarakat maupun pendatang yang ingin singgah sejenak. Masjid tersebut dibangun oleh hasil swadaya dari ponpes dan masyarakat sekitar. Di